Bahasa Indonesia

Covid 19, RC Tetap Dalam Misinya

Varny/WG Maranatha | 16-01-2023

Moderamen (WGM)
Pandemi Covid 19 banyak membawa dampak bagi dunia,  bila tidak disikapi bisa membuat situasi semakin memburuk. Pengaruhnya juga sangat terasa bagi dunia usaha. 
Pengaruh Covid 19 juga terasa bagi Retreat Center (RC) GBKP di Desa Sukamakmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang. Kawasan yang awalnya ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai kalangan mendadak sepi. Mau tidak mau, sebahagian karyawan dirumahkan dan dilakukan pemotongan gaji. Karena dana yang masuk tidak mencukupi untuk biaya operasional.


Namun kini, setelah 2 tahun lebih berlalu, walaupun Covid masih pandemi, operasional RC mulai menggeliat. Komunitas-komunitas masyarakat mulai kembali berkunjung walau belum normal seperti sebelum masa Covid. Sebagian karyawan pun mulai bekerja kembali walaupun belum 100 persen. Sarana dan fasilitas yang sempat "sedikit" terabaikan mulai dibenahi kembali.


Direktur RC Pdt Sinar Haganta Barus, bersyukur atas membaiknya operasional RC. Dia juga berterima kasih kepada masyarakat, terutama jemaat GBKP yang berkunjung ke RC yang secara tak langsung menopang keberadaan RC. Saat ini katanya, fasilitas mulai dibenahi kembali secara perlahan. Tidak bisa langsung secara keseluruhan karena dana masih terbatas dan mengantisipasi prediksi krisis global. Walau Covid mempengaruhi operasional RC, namun tak mundur dari visi, misinya. Membangun dan membina jemaat.


Sesuai dengan namanya, RC terus mengupayakan agar orang-orang yang berkunjung ke RC bisa merasa segar, bukan hanya segar secara jasmani tapi juga rohani. Walaupun RC menyediakan sarana untuk pertemuan maupun penginapan, itu hanya sebagai penunjang. Karena bila penginapan yang diutamakan, RC akan kalah, karena di kawasan Sukamakmur banyak penginapan yang lebih mumpuni seperti hotel. Jadi yang dijual adalah program, gedung bukan yang utama. Misi RC menjadi tempat pembinaan dan penyegaran spiritual, moral, mental bagi para pengunjungnya di tengah rutinitas harian yang menjenuhkan.


Fokus pelayanan RC katanya adalah ibadah meditasi, spiritual enrichment untuk para pendeta, pembinaan rutin kepada pertua, diaken serta konseling pastoral untuk jemaat yang datang. Pada jadwal yang sudaah ditentukan, RC mengundang  para pendeta  untuk mengikuti spiritual enrichment. Acara ini seperti bengkelnya pendeta untuk menyegarkan panggilan tugas dan pelayanan. Juga dilakukan retreat pasutri. Acara ini ditawarkan kepada majelis gereja atau kepada tamu-tamu RC saat datang meninjau lokasi. Acara yang diakhiri dengan rekonsiliasi ini cukup disukai pengunjung. Khusus untuk kaum muda ditawarkan program outbound, junggle trip keliling hutan sekitar RC dan beragam permainan. Kegiatan ini dipandu oleh orang yang sudah telah terlatih.


Sarana Penunjang
Di kawasan Taman Jubileum 100 tahun GBKP yang luasnya sekira 51 hektare  ini, telah didirikan berbagai sarana penunjang seperti gedung pertemuan dan penginapan. Yang terakhir dibangun adalah kolam renang dan restoran Galilee. Di tempat ini, pengunjung bisa berenang dengan seluruh anggota keluarga dan tersedia makanan yang setiap saat bisa dipesan. Disediakan juga gazebo tempat bernaung. Untuk masuk ke kolam renang dikenakan biaya Rp10.000 per orang dan khusus untuk Sabtu, Rp15.000 perorang.


Sehabis berenang, kita bisa menginap di gedung penginapan yang sudah tersedia dengan sarana yang cukup memadai. Gedung ini kapasitasnya berbeda-beda.. Ada cotege yang khusus untuk keluarga kecil dengan 2 bad.  Bagi yang ingin mengadakan pertemuan dan sekalian menginap, tersedia beberapa gedung dengan kapasitas berbeda. Seperti gedung Hermon dan Betel berkapasitas 100 orang yang didalamnya tersedia tempat rapat dan kamar tidur. Kapasitas lebih sedikit dengan fasilitas yang sama ada gedung Haifa, Migdal dan lainnya.  Ada Convention Hall dengan kapasitas 350 orang dan jambur 1000 orang. Harga sangat merakyat dan terjangkau  mulai dari Rp150 ribu hingga Rp.5 juta. Konsumen dapat memilih sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, juga tersedia  chapel yang bisa digunakan sebagai tempat bermeditasi dan kegiatan ibadah lainnya. Sebagai tempat tujuan rekreasi, juga ada puncak salib. Di sini juga ada gazebo yang bisa juga dijadikan tempat ibadah atau kegiatan lainnya.


Dengan kawasan yang luas, kita bisa menyusuri jalan sambil berolah raga menghirup udara segar sambil mendengar kicauan suara burung dan kecipak air sunga. Menikmati ciptaan Tuhan. Di kawasan ini ada lintasan 5 sungai yakni Lau Binua, Lau Beton 2, Lau Kempawa, Lau Baru Seri, Lau Betimus. Ke depan sungai ini akan ditata agar bisa menjadi tempat rekreasi dan pemadian bagi pengunjung.
Sesuai dengan rencana, RC akan terus dibenahi dan adanya pembagian zona sesuasi situasinya, yaitu zona keramaian. Zona ini memang ditujukan sebagai tempat rekreasi dan permainan. Zona semi hening untuk rapat dan pembinaan dan zona hening. Zona hening khusus untuk ibadah, jauh dari kebisingan.
Sebagai tempat pelayanan, ke depan RC akan terus meningkatkan programnya,  bekerjasama dengan runggun-runggun gereja, unit pelayanan di lingkungan gereja. Anak-anak yang sedang mengikuti katekisasi diharapkan mengunjungi RC dan mengikuti pembinaan yang telah diprogramkan. Dari pembinaan yang diikuti diharapkan menambah nilai-nilai iman sebagai pengikut Kristus.
Sejarah
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis ketika berbincang dengan Pdt Usman Meliala dan Pdt Selamat Barus beberapa waktu lalu ( saat ini kedua pendeta tersebut telah kembali ke rumah Bapa), RC diadakan bermula dari direncanakannya perayaan Jubileum 100 Tahun GBKP. Mandat diberikan kepada Pdt Selamat Barus yang saat itu Ketua Parpem (Partisipasi Pembangunan)  dan Pdt Musa Sinulingga dari Moderamen untuk membentuk panitia dan apa yang akan dilaksanakan dalam perayaan itu. Perayaan itu diharapkan bukan hanya seremoni semata, tetapi ada sesuatu yang ditinggalkan untuk gereja. Akhirnya diputuskan dibuat Retreat Center sebagai tempat perayaan 100 tahun GBKP serta sarana mempersiapkan dan membina warga gereja dalam menghadpi perubahan zaman. Hal ini dipandang perlu, mengingat saat itu terjadi perubahan zaman ke arah globalisasi  dan nilai-nilai sosial di masyarakat. RC diharapkan  menjadi tempat meditasi dan retreat anak-anak Tuhan agar tetap dapat mengasihiTuhan, sesama dan lingkungan.


Saat Pdt Musa Sinulingga berkunjung ke PAK Gelora Kasih, yang saat itu dilayani Pdt Usman Meliala diketahu PAK memiliki lahan seluas 15 Ha. Setelah berbincang, akhirnya disepakati, perayaan jubileum dilaksanakan di tempat tersebut dan anak-anak PAK bergotong royong memperbaiki jalan. Sesuai dengan tahapan yang dibuat, akhirnya Pdt Selamat Barus terbang ke Jerman bertemu dengan Pdt Ulrich Bayer dari Gereja Westfalia dan Dr Pdt Denberger yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris VEM (sekarang UEM) untuk Indonesia untuk memaparkan konsep retreat center yang akan dibangun. Disepakati dibuat proposal tapi dengan ketentuan, dana yang diberikan untuk pembangunan fasilitas dan sarana , bukan untuk pengadaan tanah. Pengajuan proposal dengan sepengetahuan dan surat pengantar dari Moderamen.


Untuk pembangunan tersebut, ada 5 proposal yang diajukan secara bertahap. Proposal pertama untuk pembangunan cotege dan jambur RC. Dalam pembangunan tersebut, 4 sekawan bekerja sama dan saling bahu-membahu yakni Pdt Selamat Barus sebagai penghubung dengan Jerman untuk pengadaan dana, Pdt Borong Tarigan sebagai pengawas dan pelaksana pembangunan, Pdt Musa Sinulingga sebagai konseptor pembanguan serta pembuat visi, misi RC serta Pdt Usman Meliala yang mempersiapkan lahan dan turut serta mengawasi.


Pada tahun 1988 diadakan pencanangan peringatan jubileum 100 tahun GBKP dan kebaktian peresmian taman jubileum. Sebelumnya telah dibangun tugu yang merupakan  tema  jubileum 100 tahun GBKP “Ini Aku Utuslah Aku” yang bermakna persatuan dan kesatuan jemaat dalam membangun gereja.


Seiring dengan perkembangan, RC terus berkembang  dalam misi pelayanannya dan kini sudah memiliki lahan  yang cukup luas dengan berbagai sara diatasnya. Kita berharap  RC tetap berada  dalam visi misinya, membina dan mempersiapkan jemaat dalam menghadapi era teknologi yang semakin canggih, agar bisa tetap mengasihi Tuhah, mengasihi sesama dan menjaga kelestarian lingkungan.  

(Varny/WG Maranatha)