Bahasa Indonesia

Ibadah Pembukaan Konferensi Kemitraan Emansipatoris PGI-PKN

Pdt. Imanuel Ginting, S.Th | 15-04-2023

IBADAH PEMBUKAAN KONFERENSI KEMITRAAN EMANSIPATORIS PGI-PKN

JIKA INGIN BERJALAN CEPAT BERJALANLAH SENDIRI, DAN JIKA INGIN BERJALAN JAUH, BERJALANLAH BERSAMA-SAMA!

Berastagi, 14 April 2023 Kehadiran Peserta Konferensi Kemitraan Emansipatoris PGI-PKN sebagai even besar 4 (empat) tahunan di GBKP Berastagi Kota sunggun membawa sukacita bagi GBKP selaku tuan/nyonya rumah. Kehadiran peserta dari seluruh wilayah Indonesia menjadi gambaran indah persekutuan gereja-gereja dengan mitra Protestantse Kerk Nederland(PKN) dari Belanda. Sebanyak 80 (delapan puluh) orang dari 35(tiga puluh lima) anggota kemitraan dari Indonesia dan 5 (lima) orang utusan PKN (Belanda) dengan sukacita mengikuti rangkaian acara dengan khidmat, termasuk dengan perpaduan budaya Karo yang sangat kental dalam nuansa ibadah pembukaan tersebut. 

Pdt. Yunus Bangun, MTh selaku pelayan Firman Tuhan, dalam khotbahnya yang didasarkan pada ( I Ptr. 1:22) menyampaikan kata mejuah-juah adalah salam pembuka dan mengakhiri sebuah acara di tengah orang Karo. Maknanya adalah keseimbangan dan keselarasan hidup dengan Tuhan dan lingkungan. Maknanya lebih luas dari kata salam. Mejuah-juah masih dapat disampaikan kepada orang yang berduka, tapi kata salam belum tentu.

Jemaat dalam penderitaan dan apa yang dilihat Petrus ada kesungguhan dalam pertobatan. Bukan hanya oleh jemaat tapi bagaimana pengurusan sesuai rencana Allah yang dikhususkan roh oleh percikan darah Kristus. Bukan usaha manusia kamu ditebus dari hidupmu yang sia-sia. Inilah inti prosesi Jumat agung dan Paskah. Ada ketaatan pada kebenaran. Kebenaran dalam Kristus, firman yang menjadi daging, kata dan kesaksian.

Ketaatan pada Firman menghasilkan kasih persaudaraan yang tulus dan ikhlas. Daud dan Jonathan ada pada Perjanjian Lama. Mereka tidak bersaing oleh kuasa dan kepopuleran. Kasih persaudaraan yang diperagakan adanya kesetaraan dan ketulusan. Mereka berpadu jiwa.

Hambatan persaudaraan adalah egoisme dan kesombongan. I Kor akar perpecahan gereja adalah yaitu kesombongan dan menang sendiri. Perpecahan murid siapa yang terbesar di antara mereka. Filadelfia kasih persaudaraan, dan menuju agape dengan segenap hati. Ketulusan kesetaraan dan perpaduan segenap jiwa, tanpa itu tidak akan berbuah apa-apa.

Tema “MELANGKAH BERSAMA DALAM MEWUJUDKAN KASIH PERSAUDARAAN’ ( I Ptr. 1:22) tersirat dalam ungkapan, jika ingin berjalan cepat berjalanlah sendiri, dan jika ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama membutuhkan ritme terukur, bela rasa bagi yang kelelahan. Pesan pergumulan orang lumpuh yang ditandu membawa kesembuhan. Itulah kasih yang menggerakkan para misionaris dengan perjuangan yang berat dan tidak sedikit. Di tahun 1890 sampai ke orang Karo. Pdt. H. C Kruyt dan Pontoh. Mereka ke Buluhawar,. dengan penduduk 200 orang. Misionaris meninggal kenyaman hidup. Dia tinggal di antara dua rumah dan belajar budaya serta bahasa Karo. Ikut aron bergotongroyong dan merawat orang sakit. Dia mengobati dan dibayar ternak atau sayur mayur. Dia pulang dan belajar kedokteran di Swiss.

Penggantinya adalah Pdt. Wijn Ngarden, ia merawat seorang anak tunda kais, yang dalam kpercayaan tradisional Karo adalah anak yang membawa malapetaka karena bapaknya mati saat dia lahir. Saat sebelum meninggal dia mengingatkan agar jangan meninggalkan misi di Buluhawar. Istrinya melakukan pendekatan denga makan sirih dan memberikan cermin yang langka saat itu.

Misionaris mendirikan sekolah dan rumah sakit zending dan rumah sakit kusta. Saat itu lingkungan pedesaan Karo sangat kumuh. Di mana kolong rumah bermodel panggung (rumah siwaluh jabu) ada hewan peliharaan jadi sangat kotor, sehingga banyak orang sakit kusta.  Zending juga membuka pasar rakyat untuk meningkatkan ekonomi rakyat. Inilah semua bagian kasih Tuhan. Gereja dan sekularisme, advokasi lingkungan, konteks kebinekaan, gereja dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dampak perang dan ancaman global menantang apa yang dapat kita lakukan? Kita perlu melangkah bersama. Apa yang dapat dihasilkan dari konferensi kita? Tuhan kiranya memberkati damai di bumi seperti di surga.

 

Ketua Panitia Pt. Riahta br Bukit dalam sambutannya menyampaikan ungkapan syukur atas kepercayaan mengelola acara yang akbar, dan secara khusus kepada Klasis Berastagi, termasuk dukungan GBKP Runggun Berastagi kota tempat pelaksanaan ibadah. Kepada semua jemaat GBKP mendukung GBKP sebagai tuan nyonya rumah. Forkopimda Sumut, Deliserdang dan Karo mendukung semua komponen. Damai sejahtera Allah menyertai semua peserta. Para peserta diajak melayani ibadah di jemaat lokal GBKP pada hari Minggu. Dengan kehadiran peserta akan memaknai kasih persaudaraan berjalan bersama dalam Kristus bagi jemaat dan dunia. Berikutnya akan menikmati danau Toba dari wilayah Karo dan dilanjutkan perayaan peringatan 133 Injil kepada orang Karo di titik nol sampainya Injil kepada orang Karo di desa Buluhawar.

Ketua Umum Moderamen GBKP Pdt. Krismas I. Barus, Mth. LM menyambut dengan sukacita penuh kehadiran semua peserta di GBKP, di dataran tinggi Karo. Pertemuan ini adalah satu pertemuan besar dan akbar yang butuh energi dan biaya tinggi. Namun kesadaran banyak utang akan diikuti oleh banyak berkat dan dampaknya kinerja makin baik, menjauhkan keengganan GBKP untuk menerima kehormatan sebagi tuan/nyonya rumah. Oleh dampak pandemi mengakibatkan GBKP morat-marit. Namun di saat seperti itu pun ada  28 gedung GBKP dibangun. Hal ini menjadi pengalaman iman, semakin banyak utang, banyak rejeki makin banyak berkat, karena itu menerima kepercayaan besar ini. Ketua Umum Moderamen GBKP juga menyampaikan banyak terimakasih kepada pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Karo serta Deli Serdang yang mendukung dan membantu panitia, dan juga semua kategorial dan jemaat yang ikut terlibat dalam acara ini.

Perwakilan PKN Rev. Dr. Sjaak van t’Kruis dalam sambutannya menyatakan bahwa Konferensi Kemitraan Emansipatoris sangatlah penting karena sebagai gereja tidak akan mengerti siapa Tuhan yang sesungguhnya kalau tidak bersama dengan gereja-gereja dan kelompok lain. Kita butuh kaca mata dan melihat dari banyak sudut pandang dan orang lain. Protestantse Kerk Nederland menyadari bahwa sebagai gereja di Belanda mereka tidak tahu semua. Pengetahuan teologis sangat terbatas, misalnya tentang bapa leluhur. Untuk mengerti tradisi itu perlu mengenal leluhur mereka. Orang Maluku panggil Jesus dengan Tete Manis. Inilah perlunya gereja bermitra mengenal siapa Tuhan. Harapan PKN dari konferensi ini jadi titik tolak perbaharui panggilan dan hubungan menaati Firman Tuhan menjadi berkat dan kerajaan Allah. Dengan doa dan harapan Tuhan Allah, sang Pencipta dan Penyelamat memberkati semua.

Pelaksanaan Konferensi Kemitraan Emansipatoris PGI-PKN dilaksanakan tgl. 14-19 April 2023 dengan bertempat di Hotel Sinabung Hills Resort Berastagi.

Pdt. Imanuel Kemenangan Ginting, STh (Sie. Humas dan IT)